Pada masa Yunani Kuno, banyak terdapat polis-polis yang sangat besar dan mendominasi serta saling bersaing. Dan persaingan yang paling hebat adalah antara Athena dengan Sparta yang kemudian terjadilah konflik yang disebut dengan Perang Peloponesus. Penyebabnya adalah bahwa saat itu Athena tumbuh sebagai kota yang besar dan mendominasi, Sparta menganggap bahwa hal tersebut sebagai ancaman yang serius terutama pada bidang militer karena telah berhasil dalam mengalahkan pasukanPersia serta Athena menjadi pimpinan dari Confederacy of Delos (Delian League). Selanjutnya adalah Athena yang mulai mencoba memonopoli perdagangan di daerah Timur dan Barat. Untuk menyaingi Athena dengan Liga Delian-nya maka Sparta membentuk juga suatu Liga yang bernama Liga Peloponesus yang bersekutukan dengan Elis dan Corinth. Dimana Athena menguasai Lautan dan Sparta menguasai Daratannya dan juga persaingan antara dua ideologi poltik yang berbeda yaitu Demokrasi yang digunakan oleh orang-orang Athena dengan Oligarkhi yang dipegang teguh oleh Sparta.
Dan pecahlah perang pada musim semi tahun 431 SM, dengan penyerangan Sparta ke Attica dengan cara penyerangan jalan darat. Kota tersebut dilindungi oleh benteng dinding yang sangat kokoh dan dapat ditembus oleh pasukan Sparta yang kemudian mengakibatkan kekalahan di pihak Athena yang berada dibawah kepemimpinan Perikles. Dalam historiografi konvensional telah membagi perang Peloponesus menjadi tiga periode, yang pertama adalah perang Archidamian.
Perang Archidamian
Perang Archidamian dimulai oleh perang Stratus, dimana Athena mengeluarkan kekuatan angkatan lautnya dengan mengirim 100 kapal dan berhasil merusak kota Elis dan Laconia. Lalu orang-orang Thebes, sekutu Sparta yang menyerang Boeotian kota di Plataea, sekutu Athena pada April 431 SM. Lalu pada pertengahan Juni, para Peloponesian yang dipimpin oleh Archidemian II menginvasi Attica. Pasukan Sparta yang terkenal tangguh tersebut dapat menguasainya hanya dalam tiga minggu. Hal tersebut terjadi dengan cepat karena Perikles salah menggunakan strategi perang, strategi yang digunakan oleh Perikles adalah serangan secara frontal dan terbuka padahal pasukan Sparta sudah terlatih sejak dini mampu menghadapinya dengan mudah. Dan hampir sepertiga hingga duapertiga penduduk Athena kehilangan nyawanya. Dan sialnya lagi Athens terkena wabah mematikan yang membuat Perikles meninggal dunia pada 429 SM. Dikarenakan takut tertular wabah tersebut maka pasukan Peloponesus pun akhirnya meninggalkan Attica yang telah hancur.
Sepeninggal Perikles yang telah meninggal karena wabah penyakit,maka munculah tokoh oposisi dari Perikles yaitu Cleon. Ia membuat pasukan Athena lebih agresif dalam melawan Sparta. Dan mulailah operasi penyerangan ke Peloponesos, dengan membawa 5 kapal trireme dengan sekitar 400 pasukan hoplites di bawah pimpinan Demosthenes seorang jenderal yang sangat pintar. Dalam perjalanan mereka terkena badai hingga hampir sampai ke daratan dekat Semenanjung Pylos. Dekat sana terdapat Pulau Spachteria dimana menjadi pos terlemah dari Sparta, dan dengan strategi perang yang sangat brilian dari Demosthenes maka pasukan Sparta mampu dijebak di Spachteria dan menunggu mereka menyerah. Akhirnya Athena mendapatkan kemenangannya atas Sparta di Spachteria, mereka berhasil menangkap sekitar 300 hingga 400 pasukan hoplites milik Sparta dan menjadikan mereka sebagai alat penawaran.
Mengetahui hal tersebut Jenderal pasukan Sparta, Brasidas mengumpulkan pasukannya dan melakukan march menuju ke Amphipolis kota koloni Athena yang merupakan kota yang menghasilkan perak yang menjadi sumber dana perang utama bagi Athena. Thucydides yang mengetahui hal itu mencoba mengejar pasukan Sparta namun terlambat menghalau Brasidas menyerang Amphipolis. Dan dalam Perang Amphipolis ini kedua pimpinan dari Sparta dan Athena, yaitu Brasidas dan Cleon meninggal. Setelah hal tersebut maka kedua belah pihak setuju untuk mengadakan perjanjian damai, yang syaratnya adalah kota Amphipolis ditukar dengan pasukan Sparta yang telah ditawan oleh Athena, perjanjian tersebut disebut Peace of Nicias (421 SM) dimana mempertahankan status quo selama 50 tahun. Dan inilah menjadi akhir dari periode pertama perang Peloponesus : Perang Archidamian.
Dengan adanya Perjanjian Nicias pun tidak merubah faktor rivalitas antara kedua daerah tersebut. Setelah meninggalnya Cleon, Athena mengadakan pemilihan dan dimenangkan oleh Alcibiades, keponakan dari Perikles. Dalam masa ini Athena memanfaatkan waktu untuk berkoalisi dengan Argos, Mantinea, dan Elis. Namun seiring dengan waktu Sparta mengalahkan Martinea dan setelah itu Sparta membuat perjajnian dengan Argos yang secara langsung adalah sebuah pengkhianatan.
Di lain tempat yaitu di Sicilia, sekutu Athens diserang oleh bangsa dari Syracuse. Bangsa Syracuse adalah bangsa yang ber-etnik Dorian (sama dengan etnik bangsa Sparta) maka dengan itu Alcibiades memerintahkan untuk membantu sekutunya tersebut dengan mengirimkan pasukan untuk berlayar ke Sicilia. Dalam ekspedisi itu terdapat 134 kapal, lebih dari 500 infantry, dan 30 cavalry. Setelah samapai di Sicilia sejumlah kota disana mulai bergabung dengan pasukan Athena. Dalam sekejap saja Syracuse mampu dihancurkan oleh jumlah pasukan Athena yang sangat superior tersebut. Namun mereka terhalang oleh datangnya musim dingin/salju, oleh karena itu pasukan Athena menunggu dan menghabiskan waktu mereka untuk merencanakan bagaimana untuk menghancurkan Syracuse secara total. Penundaan penyerangan oleh pasukan Athena tersebut ternyata mampu dimanfaatkan oleh pihak Syracuse dengan mencoba meminta bantuan kepada Sparta, dan akhirnya Sparta mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Gylippus. Ternyata dengan bantuan tersebut Syracuse dapat dipertahankan dan mengalahkan pasukan Athena.
Setelah kekalahan tersebut, pasukan Athena di Syracuse meminta bantuan juga dari pusat dan dikirimkanlah Jendral brilian mereka yaitu Demosthenes. Setelah mengalami beberapa pertempuran lagi pasukan Athena tetap saja mengalami kekalahan, oleh karena itu Demosthenes menganjurkan untuk mundur tetapi Nicias awalnya menolak tetapi pada akhirnya menyetujui. Dengan hampir semua pasukan yang terbunuh dan hanya sedikit saja yang mampu pulang ke rumah.
Dengan berakhirnya perang di Sicilia, sekali lagi Athena mengalami kekalahan kembali. Dan Athena mencoba untuk bertahan setalah mengalami kekalahan tersebut dan mencoba untuk bangkit kembali dengan cepat. Memanfaatkan kelemahan Sparta yang lambat dalam menyiapkan pasukannya ke Aegea dan kelelahan fisik pasukannya serta pasukan dari Persia yang juga belum siap. Dan juga ketidaksigapan pegawai pemerintahan dari Sparta yang memang tidak terlatih sebagai diplomat. Selain itu Athena juga mempunyai kekayaan yang sangat berlimpah. Namun Athena juga sempat digoyang pemberontakan revolusi oligarki.
Pertempuran terakhir pun terjadi pada tahun 406 SM, Athena memenangkan pertempuran Laut di Arginusae, dimana Sparta kehilangan banyak kapal dan mengalami penurunan moral. Sparta yang dipimpin oleh Jendral Lysander. Dia adalah bukan anggota keluarga kerajaan Sparta dan juga bukan seorang ahli strategi tetapi dia adalah seorang diplomat yang mempunyai hubungan baik dengan pangeran Persia, Cyrus (putra Darius II). Dan ternyata Lysander telah belajar banyak dari kekalahan di Arginusae dalam pertempuran di Laut Aegospotami (404 SM) kemenangan menjadi milik Sparta dengan mampu menghancurka 168 kapal dan menangkap sekitar tiga ribu pasukan Athena dengan bantuan Persia. Dan mampu masuk ke pusat kota setelah menembus dinding yang sangat kokoh.
Athena menyerah pada akhirnya pada tahun 404 SM setelah mengalami masa-masa perang yang merupakan bencana besar bagi Athena.
Daftar Pustaka
Hoaglind, Richard B. 1960. Learn World History. The Cambridge Library: Greystone Press.
“ Peloponnesian War “. Dalam http://www.wikipedia.org. Diakses pada 17 September 2011.
“ History of Peloponnesian War”. Dalam http://www.wikipedia.org. Diakses pada 17 September 2011.
1 Comments
bagus sekali
ReplyDelete