Setelah dibentuk pada tahun 1947, Persatuan Olahraga Republik
Indonesia (PORI) yang dibantu oleh Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI), keduanya
telah dilebur dan saat ini menjadi KONI. Fungsinya mempersiapkan para atlet
Indonesia untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas XIV di London pada tahun 1948.
Usaha Indonesia untuk mengikuti olimpiade pada saat itu menemui banyak
kesulitan. PORI sebagai badan olahraga resmi di Indonesia pada saat itu belum
diakui dan menjadi anggota Internasional Olympic Committee (IOC), sehingga para
atlet yang akan dikirim tidak dapat diterima dan berpartisipasi dalam peristiwa
olahraga sedunia tersebut.
Berawal dari PORI (saat ini KONI) yakni Persatuan Olahraga
Republik Indonesia yang mengirim sebuah surat permohonan untuk menjadi peserta
di Olimpiade London pada tahun 1948, namun Surat jawaban dari International
Olympic Comitee justru jatuh ditangan pemerintah Belanda di Jakarta, sehingga
KORI saat ini (KOI) yang bertugas mengurus Olimpiade Indonesia tidak mendaptakan
surat balasan tersebut. Jawaban yang harusnya oleh Indonesia memang masih
sangat pahit yakni Indonesia belum dianggap bisa bergabung dalam ajang olahraga
tersbesar dunia karena belum tergabung dalam PBB dan hanya mengundang Indonesia
sebagai peserta peninjau.
Undangan sebagai peninjau (Observer) kemudian disambut hangat
oleh Indonesia dengan membentuk sebuah delegasi Indonesia untuk Olimpiade
London. Tim gabungan dari KORI dan PORI diutus oleh pihak Indonesia diantaranya
adalah Sultan Hamengkubowono IX (Ketua Umum KORI), Letkol Azis Saleh (Wakil
Ketua Bagian Atletik PORI), dan Mayor Maladi (Ketua bagian Sepakbola KORI).
Perjalanan Indonesia ke Inggris tidak berjalan dengan mulus,
Belanda melakukan Blokade Politik dengan memberikan Paspor Belanda bukan Paspor
Indonesia. Hal ini dilakukan Belanda dengan tujuan untuk menunjukkan kepada
dunia bahwa Proklamasi Indonesia 3 tahun sebelumnya hanya sebuah isapan jempol
(de Jure) dan secara de Facto tetap dalam kekuasaan
pemerintah Hindia Belanda.
Melalui masalah ini tercetuslah ide tandingan yang dimiliki
oleh bung Karno yakni mengadakan pesta olahraga "tandingan" yang
diberi nama PON. Para petinggi PORI kemudian mengadakan rapat darurat agar
atlit Indonesia dapat bertanding di sebuah ajang dan hasilnya tercetuslah PON I
yang jatuh di Solo. PON I adalah Pekan Olahraga Nasional pertama Indonesia yang
diadakan di Kota Surakarta pada 9–12 September 1948. Tanggal pembukaannya, 9
September, kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Olahraga Nasional.
0 Comments