Biografi Pak Raden

Gambar: Pak Raden semasa muda
Sumber: bbc


Bagi anak-anak yang besar di era 80-90an, siapa yang tidak kenal dengan sosok pria berblangkon, beskap, dan berkumis tebal ini. Ya, dialah Pak Raden. Tapi kini Pak Raden telah meninggal, tepatnya 30 Oktober 2015.

Nama asli Pak Raden adalah Drs. Suyadi yang lahir di Puger, Jember, Jawa Timur, 28 November 1932 adalah pencipta Suyadi menyelesaikan studi di Fakultas Seni Rupa ITB Bandung (1952-1960) lalu meneruskan belajar animasi di Prancis (1961-1963). Sejak masih menjadi mahasiswa Suyadi sudah menghasilkan sejumlah karya berupa buku cerita anak bergambar dan film pendek animasi. Bakat menggambarnya sudah terlihat sejak Suyadi masih belia. Ia bahkan terbilang anak yang tergila-gila dengan menggambar. Media apa pun bisa ia pergunakan sebagai saluran kreativitasnya. Sesekali, saat ia kehabisan kertas dan alat tulis, arang dan dinding rumah pun jadi media kreasinya.


Si Unyil

Si Unyil, sebuah film seri televisi Indonesia. Suyadi menciptakan Si Unyil agar terdapat acara mendidik untuk anak-anak Indonesia pada tahun 1980-an. Terdapat banyak tokoh dalam serial tersebut yang berasal dari beberapa etnis yang ada di Indonesia dan setiap tokoh mempunyai makna sendiri-sendiri. Mulai dari Melani, Usro, Pak Ogah, hingga Mbok Bariyah semua menyatu menjadi sebuah cerita yang mendidik.

Suyadi berkisah bahwa Melani membawa nilai-nilai pembauran multietnis. Melani yang berasal dari etnis Tionghoa berkawan erat dengan Unyil cs. Hal ini tentu saja menjadi nilai yang penting bagi kesatuan dan harmonisasi antar etnis yang beragam di Indonesia. Semenjak dini, anak-anak negeri ini diajarkan agar tidak mengidap patologi rasisme dan menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan.

Pada tokoh Cuplis, pria yang sempat belajar animasi di Les Cineastes Associes dan Les Films Martin-Boschet di Perancis (1961-1963) ini menyatakan bahwa Cuplis yang memiliki adik banyak membawa misi dari Keluarga Berencana (KB). Seperti diketahui bahwa masalah kependudukan berkorelasi dengan kesejahteraan. Cuplis dinarasikan kerepotan me-momong adik-adiknya yang banyak, sehingga ia kesulitan untuk belajar. Kehidupan keluarganya juga menjadi sederhana dikarenakan pendapatan yang didapatkan harus dibagi kepada banyak kepala.

Kemudian pada tokoh Pak Raden terdapat kisah di balik layarnya. Awalnya cerita Unyil relatif datar dan semua tokohnya baik-baik. Suyadi lalu memandang tokoh antagonis yang tidak menjadi panutan. Pak Raden digambarkan sebagai sosok pensiunan yang telah mengalami masa penjajahan Belanda dan Jepang. Pak Raden digambarkan sok ningrat, sombong, kikir, pemarah, tidak suka gotong royong. Pada perjalanan kisah Unyil, ternyata tokoh Pak Raden mengalami resistensi dan diprotes oleh ibu-ibu karena dianggap membawa nilai yang tidak baik kepada anak-anak. Suyadi lalu berpikir bahwa untuk “mempensiunkan” Pak Raden merupakan hal yang sukar, dikarenakan Pak Raden telah menjadi tokoh dikenang dan memorable. Maka Suyadi mengambil jalan tengah, dengan memberikan nilai-nilai positif pada Pak Raden yakni suka berkesenian. Pak Raden memiliki talenta positif dengan melukis dan menyanyi. Pak Raden menjadi sosok humanis yang mewakili kemanusiaan kita, tidak total putih dan tidak total hitam jika meminjam terminologi wayang.


Sedangkan pada tokoh Unyil, Suyadi menceritakan bahwa tokoh protagonis ini harus menegaskan sebagai aku anak Indonesia. Secara penampakan fisik hal tersebut terlihat dari tampilan Unyil yang berpipi tembem, berhidung pesek, mengenakan peci, dan menyelempangkan sarung. Sifat-sifat positif dari Unyil seperti setia kawan, religius, gemar mengeksplorasi pengetahuan juga diharapkan dapat menjadi lapisan nilai yang dianut oleh anak-anak Indonesia.

Penggambaran beragamnya tokoh-tokoh dalam si Unyil tersebut mengindikasikan bahwa sebuah tontonan harus bisa menjadi tuntunan bagi siapa saja yang melihatnya entah masa kini atau nanti.

Selamat Jalan Pak Raden, karya-karyamu akan selalu dikenang.


Disadur dari beberapa sumber.
rmbiografi.com
bbc.com

0 Comments