Pendekatan
Annales membebaskan ilmu sejarah dari kesempitan cakrawala: terbatas pada
peristiwa-peristiwa politik, diplomasi, dan militer seperti yang terdapat dalam
arsip-arsip, seperti yang dianut para sejarawan bermazhab methodique.
Arsip-arsip Prancis dirangkai menjadi sejarah untuk membentuk rasa
nasionalisme, bahkan menjadi buku pelajaran di sekolah-sekolah Prancis. Maka
tidak heran historiografi di warnai peristiwa-peristiwa besar. Akhirnya sejak
zaman Febvre dan Bloch disadari munculnya makna yang lebih dalam dari yang
tidak hanya sekedar sejarah
peristiwa, namun sejarah yang
dapat memberikan keterangan lengkap tentang keadaan sejarah itu sendiri
berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakatnya pada waktu sejarah tersebut
ada. Bahkan mentalitas pun melengkapi kesejarahan dalam menelusuri jejak-jejak
masa lalu yang tak tertulis, yang biasanya luput dari penulisan sejarah,
sementara hal itu memungkinkan untuk menambah penjelasan tentang sejarah
bersangkutan.
Perubahan
historiografi terjadi ketika kaum Annales merobohkan kungkungan ilmu sejarah
tradisional, sehingga menjadikan ilmu sejarah terbuka terhadap ilmu-ilmu lain
yang dibutuhkan untuk lebih memahami fakta atau perkembangan sejarah. Sejarah
tersebut sebagai sejarah integral atau sejarah total yang melihat lebih dalam
suatu dokumen atau arsip atau fakta-fakta yang ke dalam sebuah mentalitas,
sehingga peristiwa-peristiwa dapat dipahami sebagai sebuah gejala dalam
perkembangan berjangka panjang. Ke dalam sejarah total itu, kaum Annals juga
memasukkan gejala kemanusiaan yang paling tahan terhadap perubahan yakni
mentalitas di ranah imajiner kolektif atau di bawah sadar kolektif.
Braudel
melihatnya sejarah ke dalam ranah yang lebih luas dengan kawasan Mediterania
dalam jangka waktu berabad-abad ada lapisan dari peradaban yang tidak berubah
atau hampir tidak berubah, ada perubahannya terjadi menurut irama jangka
panjang kelompok dan pengelompokkan sosial dan gerak-gerak tren menurut irama
individu. Braudel juga melihat pada skala dunia suatu kehidupan yang terpisah
dari kapitalisme global yang merupakan hierarki-hierarki yang bergerak dari
kejauhan di tingkatan teratas.
Yang
terpenting di zaman Braudel ini adalah ia membagi waktu kesejarahan menjadi
tiga, yaitu:
1. Sejarah
peristiwa yang melihat perubahan sejarah yang sangat cepat mengikuti
perkembangan teknologi;
2. Waktu
sejarah yang bergerak pelan merupakan implementasi dari sejarah sosial yang
berhubungan dengan kelompok manusia;
3. Sejarah
yang hampir tidak bergerak, bahkan mungkin terlihat tidak berubah, karena
adanya pengaruh mentalitas yang terdapat di dalam masyarakat. Data-data
mentalitas dalam kehidupan masyarakat tersebut dapat membantu untuk melengkapi
dan mempertegas sejarah dengan lebih mendalam dan lebih mudah untuk
mendeskripsikan perilaku manusia. Sebab suatu mentalitas yang terdapat di dalam
masyarakat, sewaktu-waktu memungkinkan muncul kembali. Hal ini dapat digunakan
sebagai pengetahuan dari kehidupan masyarakat yang pernah ada untuk melihat
perubahan yang pernah terjadi atau tidak akan terjadinya suatu perkembangan
sejarah.
Para
sejarawan Annales bukanlah mazhab dalam arti kelompok ilmiah yang menganut
suatu teori besar yang berlaku umum, bahkan tidak ada model historiografi yang
harus dijadikan panutan. Kaum Annels memang lebih kreatif dalam memanfaatkan
sumber sejarah, yaitu memahami atau menafsirkan apa yang dapat dipahami dibalik
dokumen, atau dengan kata lain apa yang dapat dipahami lebih lanjut dari
fakta-fakta tersebut, yaitu menafsirkan dokumen secara lebih luas dan mendalam.
Kaum Annales ini juga memperluas makna dokumen. Dokumen tidak lagi hanya kertas
dan perkamen bertulisan yang tersimpan sebagai arsip, karena untuk mengetahui
mentalite mentalitas manusia abad pertengahan. Mazhab ini mengembangkan sejarah
sosial yang tak kenal pagar pembatas, baik ekonomi, stuktur dan konjungtur,
mentalitas, sejarah total, sejarah berjangka panjang.
Data-data
yang digunakan sebagai bahan kajian oleh mazhab Annales selain dokumen-dokumen
berupa arsip, mata uang, foto dan lain sebagainya, termasuk di dalamnya adalah
data verbal dan non verbal, di mana teks atau tuturan yang bersifat efimeral,
artefak-artefak, dan kinetis yang bermakna, seperti lambaian tangan, mata yang
melotot atau kedipan mata dan lain-lain yang merupakan bahasa isyarat, baik
perilaku ritual maupun kinetis formal atau non formal dapat dijadikan rujukan
dalam menganalisis kebenaran sejarah. Bahkan sampai pada mitos-mitos dari suatu
masyarakat pun memungkinkan berperan untuk melengkapi data dalam kajian
kesejarahan.
Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa pendekatan Les Annales dalam menganalisis
kajian budaya memberikan gambaran tentang kecenderungan merekonstruksi sejarah
masyarakat dalam berbagai aspeknya yang kompleks, dan akhirnya dapat terlihat
bahwa kajian budaya justru sangat membantu untuk menganalisis kebenaran sejarah dalam
perkembangan ilmu sejarah masa kini.
Daftar
Pustaka
Burke,
Peter.1990. The French Historical RevolutionThe Annales School 1929-1989.
(diterjemahkan oleh Djoko Marihandoro: Revolusi Sejarah Prancis Mahzab Annales
1929-1989. Bogor: Penerbit Akademia.
0 Comments